Selasa, 30 September 2014

ARTI SEBUAH KATA "TEMAN"

ARTI SEBUAH KATA "TEMAN"
Karya Annisa Anjani

“Amir” itulah sebutan untuk diriku. Dari lahir aku selalu dibenci oleh orang yang ada di dekatku. Bahkan sampai sekarang tidak ada yang mau berteman denganku. Mereka sering menyebutku sebagai anak haram yang tidak punya seorang ayah. Memang aku punya ayah tapi entah kemana ayah pergi aku tak tahu dan ibuku telah meninggal ketika aku berumur tiga tahun. Maka dari itu aku selalu dibenci dengan orang lain.

Kini sudah waktunya bagiku masuk ke sekolah untuk menuntut ilmu dan mencari teman. Tetapi apa hasilnya? Yang ada hanyalah ejekan dan ejekan dari anak-anak yang lain. Tujuanku untuk sekolah adalah menuntut ilmu. Tapi, aku terlahir dengan kemampuan yang payah. Jadi, apa yang aku lakukan untuk menjadi hebat di sekolah selalu mengalami kegagalan. Tapi aku tidak akan menyerah untuk melangkah maju. Aku terus berusaha agar aku menjadi pintar. Walaupun hasilnya selalu buruk, aku tidak akan pernah menyerah.

Arti sebuah Kata "Teman"
Saat pulang sekolah aku bertujuan untuk jalan-jalan di pasar. Saat aku berhenti di sebuah toko mainan, aku merasa tertarik dengan topeng yang dipajang di depan toko tersebut. “Wow !! topeng yang ini keren.” Ucapku dengan rasa senang. Tiba-tiba sang penjual topeng keluar dan meyuruhku pergi. “Pergi sana anak haram, jangan dekat-dekat toko ku. Pasti kamu akan merusakkan semua barang yang ku jual.” Jawab penjual toko tersebut. “Tapi aku hanya melihat-lihat saja Paman. Aku tidak ada niat untuk merusak barang dagangan anda.” Jawabku. “Kalau kau ingin, ini ambil saja!! Cepat pergii !!” Jawab Penjual topeng dengan melemparkan topeng itu ke arahku. “Paman aku bukanlah sampah tempat kau membuang topeng ini, aku adalah Amir. Amir bukanlah tempat sampah” Teriak ku pada Penjual topeng tersebut.

Suatu sore, saat aku sedang berjalan di dekat sungai, aku melihat ada seorang anak yang duduk di tepi sungai tersebut. Dia terus melihatku. Dengan menatap matanya aku merasakan bahwa dia mengerti akan perasaan dan keadaan yang aku alami sekarang. Sejujurnya aku ingin sekali untuk berhenti dan berbicara dengannya. Tapi aku malu untuk memulai berbicara dengannya. Hingga pada akhirnya, aku memutuskan untuk tetap berjalan dan pergi darinya.

Keesokan harinya, aku bertemu dengannya lagi disekolah. Setelah aku perhatikan dia sangat sangat sangat sangat sangat sangat keren, sehingga para anak perempuan di sekolah tergila-gila dengannya. Dalam pelajaran di sekolah pun dia juga termasuk anak yang pintar. Sehingga dia membuatku semakin iri dengannya. Sejak saat itulah aku menganggap dia adalah sebagai rivalku.

Saat pertama dia di sekolah aku sangat membencinya. Tapi pada suatu hari saat aku di bully oleh Diki dan kawan-kawannya yang terkenal paling berkuasa di sekolah, tiba-tiba dia datang untuk menolongku. Perasaan benci yang aku rasakan kian hari semakin menghilang. Justru rasa nyaman berada di dekatnya lah yang tumbuh di dalam hatiku.

Mulai saat itulah aku berkenalan dengannya secara resmi. Ternyata namanya adalah Erwind. Sejak saat itulah kami menjadi teman dan anggapanku sebagai rivalnya telah hilang ditelan waktu. Saat bersama dengan Erwind, aku merasa tidak sendirian lagi. Dan akhirnya aku mengerti bagaimana rasanya kasih sayang seorang teman. Pertemanan kami bagaikan ikatan yang tak akan putus. Maka dari itu aku akan menjaga ikatan yang Erwind berikan padaku.

Hari demi hari aku lalui bersama dengan Erwind. Kerja kelompok bersama bermain bersama. Dia sudah aku anggap teman sekaligus saudara yang mengerti akan keadaan yang aku alami saat ini. Sungguh bahagia hatiku karena akhirnya perjuanganku untuk mencari teman tidaklah berakhir dengan kegagalan. Ini adalah kali pertama aku berteman, makanya aku masih kaku saat berteman dengan Erwind.

Suatu hari di sekolah kami kedatangan murid baru dari luar kota yang hanya menetap sementara disini, namanya Rafa. Kami sangat terkejud ketika melihat sikapnya yang sangat buruk itu muncul. Sikapnya sungguh sangatlah aneh dihadapanku. Ketika aku sedang susah mencari teman, dia malah meremahkan teman. Tapi mungkin dia belum terbiasa sekolah disini.

Suatu ketika, saat Rafa sedang minum tiba-tiba Erwind menjatuhkan air minum dan menumpahkan air minum ke baju Rafa. Emosi Rafa kian meledak. Rafa hendak menjatuhkan gelas tersebut pada Erwind, untung ada aku tahu kejadian itu. Segera aku berlari dan melindungi Erwind. Pecahan beling itu melukai tangan dan kaki ku. Walaupun sakit, tapi demi Erwind akan aku lakukan segalanya.

Rafa bertanya padaku. “Kenapa kau melindungi dia, sedangkan dia tidak pernah menolongmu ??” akupun menjawab “Karena dia adalah temanku.” Setelah menjawab pertanyaan tersebut aku segera pergi ke UKS untuk mengobati lukaku. Tapi setelah aku melihat ke belakang ternyata Rafa termenung. Entah apa yang dia pikirkan.

Setelah 2 bulan lamanya Rafa bersekolah disini, aku melihat perkembangan Rafa sejak kejadian waktu aku melindungi Erwind dulu. Rafa yang sekarang menjadi lebih penyayang dan perhatian pada temannya. Dan tak terasa pula kini tiba saatnya Rafa untuk pindah ke kota yang lain untuk pergi dengan ayahnya. Sebelum dia pergi kami sempat bertemu dan berbicara sebentar sambil mengucapkan selamat tinggal. “Amir terima kasih atas pelajaran yang kau berikan padaku..” Ucap Rafa dengan mata yang berkaca-kaca. “Ada apa kamu kok sedih gitu haa?? Memangnya aku pernah berbuat apa sama kamu Raf??” Jawabku dengan heran. “Dulu bagiku teman hanyalah sebuah kata yang kecil dan tidak bermakna. Tapi setelah aku bertemu denganmu, aku mengerti betapa berharganya arti kata tersebut.” Saut Rafa. “Alhamdulillah, akhirnya kau mengerti. Aku juga ikut senang bisa membantumu. Dulu aku tidak punya teman sama sekali. Saat aku melihatmu dulu, aku tak pernah bayangkan bagaimana usaha ku untuk mendapat seorang teman saja. Sedangkan kamu hanya bisa meremehkan mereka. Maka dari itu aku bahagia karena sekarang kau bisa menghargai teman.” Jawabku. “Terima kasih Amir. Kau memang teman yang baik”

Sejak saat itu aku mulai merasa hidup karena bisa menghargai dan dihargai oleh teman yang dulu tak sempat aku dapatkan. Akhirnya aku mengerti, teman adalah suatu ikatan, ikatan yang sangat kita butuhkan dalam hidup. Berkat teman kita bisa mengerti indahnya hidup. Terima kasih teman...

PROFIL PENULIS
Nama : Annisa Anjani
Umur : 14 tahun
Alamat : Lamongan
Tentang saya : Saya pendiam, tapi saya kocak.
Alamat facebook : Annisa Anjani (annisa.anjani2)

Mawar

Aku terlahir di keluarga yang berkecukupan. Ayah dan ibu ku mengenyam pendidikan yang cukup tinggi. Mereka sama-sama sarjana. Waktu aku belum lahir tepatnya tahun 1995, ayahku menjadi Kepala Sekolah di salah satu sekolah swasta di daerah Jakarta Timur. Kehidupan ayah dan bunda ku semakin berwarna, karena lahirnya seorang putri yang sudah lama sekali mereka dambakan. MAWAR, sebuah nama sederhana yang memiliki seribu makna. Itulah nama yang diberikan orangtua ku kepada ku.
Di usia ku yang ke 2 tahun ujian menghampiri keluarga ku. Ayah ku divonis terkena penyakit yang cukup parah. Menurut bahasa kedokteran, ayah ku mengidap penyakit Herniated Nucleus Pulposus (syaraf kejepit). Ayahku harus dirawat di Rumah Sakit dan masuk ruang ICU. Karena biaya Rumah Sakit yang amat mahal, bunda ku harus banting tulang mencari uang untuk biaya pengobatan ayah. Uang tabungan yang selama ini mereka sisihkan habis seketika untuk membiayai pengobatan ayah ku. Hanya rumah sederhana saja yang tersisa.
Aku dititipkan di rumah kakek ku. Adik-adik bunda ku lah yang merawat dan mengasuh ku, karena bunda harus terus berada di Rumah Sakit untuk mengurus dan menjaga ayah ku. 3 hari sekali bunda pulang ke rumah kakek untuk sekedar melepaskan kerinduannya pada ku. Bunda tidak bisa menemani ku setiap hari, karena jarak yang cukup jauh antara rumah kakek ku di Bogor dengan Rumah Sakit tempat ayah ku dirawat.
Dokter memperkirakan umur ayah ku hanya tinggal 3 – 4 bulan lagi. Tapi bunda ku tidak putus asa. Bunda terus berjuang dan selalu berdo’a untuk kesembuhan ayah ku. Berkat do’a, kesabaran, ketekunan, perjuangan, serta keikhlasan bunda ku, akhirnya ayah bangun dari koma. Ayah ku bisa sembuh normal dan bisa beraktivitas kembali seperti sedia kala. Aku percaya dibalik kesulitan, pasti akan ada kemudahan. Dan dibalik kesedihan, pasti akan datang kebahagiaan.
Secara berangsur-angsur kehidupan keluarga kami mulai membaik. Pada saat aku berusia 8 tahun, ayah ku mendapatkan beasiswa di Universitas Negeri Malang. Ayah memboyong aku dan bunda untuk tinggal di Malang. Ayah membeli sebuah rumah sederhana di dekat kampus nya. Walaupun rumah yang kami tempati sederhana, asalkan kami bersama-sama aku sangat bahagia. Di Malang aku mempunyai banyak sahabat. Ada Adin, Febri, Rizky, Kak Nisa dan Putry.
Waktu sangat cepat berlalu. Tidak kerasa tugas belajar ayah ku di kota Malang sudah berakhir. 2 tahun sudah aku bersahabat dengan mereka. Aku sangat senang karena mempunyai sahabat sebaik mereka. Tapi semua kebahagiaan itu harus aku tinggalkan. Aku harus kembali ke Jakarta. Ku tinggalkan kota Malang dengan rasa berat hati.
4 tahun berlalu. Pada saat usia ku 12 tahun. Dokter memvonis aku mengidap penyakit yang cukup parah. Aku sempat sedih, karena menurut dokter penyakit ku ini merupakan salah satu penyakit yang sangat membahayakan. Tapi bunda ku terus berusaha untuk menguatkan ku. Bunda merupakan penyemangat dan sumber kekuatan bagi ku. Bunda merawat, mengasuh, dan membimbing aku dengan kasih sayangnya yang begitu tulus dan amat besar.
14 tahun usia ku kini. Aku akan terus berjuang, berusaha, dan bekerja keras agar aku bisa memberikan yang terbaik untuk ayah dan bunda. Aku juga tidak akan pernah letih berdo’a agar ALLAH memberikan umur yang panjang pada orangtua ku, agar aku bisa memberangkatkan mereka ke tanah suci untuk menjalankan ibadah haji dengan uang hasil keringat ku sendiri.
Aku belajar dari hidup. Di dunia ini ada kesulitan, akan tetapi ada pula kemudahan. Ada penderitaan, ada pula kebahagiaan. Mungkin dokter bisa memperkirakan umur seseorang. Akan tetapi hanya ALLAH yang dapat menentukan jodoh, umur dan rizky seseorang.
Pesan yang selalu aku ingat dari bunda. “Hidup di dunia taat dan bersungguh-sungguh mendapat SURGA. Sedangkan hidup di dunia berleha-leha dan berbuat maksiat masuk NERAKA”.
Ku tekatkan diri ku untuk taat dan bersungguh-sungguh agar aku bisa bahagia di dunia maupun di akhirat nanti. Dan aku akan berjuang keras untuk menggapai cita-cita dan apa yang aku inginkan AGAR AKU BISA MEMBAHAGIAKAN ORANG-ORANG YANG AKU SAYANGI.
Cerpen Karangan: Alfiana Rosya
Facebook: https://www.facebook.com/alfiyana.syaharani
Hay.. Namaku Alfiana Rosya. Lahir di Jakarta,08 januari 1999. Follow twitter aku ya @Rosyaaaa. Barangkali kita bisa saling bertukar pikiran soal cerpen. Thanks.